Sunday 8 August 2010

Siwa (2) Jabal Mauta

Perjalanan bebas hambatan dari Matrouh ke kota oasis Siwa cukup ditempuh empat jam saja dengan bis. Perjalanan ini melintasi gurun pasir tandus yang seakan tiada habisnya. Begitu menginjakkan kaki di Siwa, Anda sudah melintasi waktu ke masa lampau setidaknya dua ribu tujuh ratus tahun ke belakang.

Siapa yang akan membayangkan bahwa bukit di depan adalah sebuah pekuburan. Tidak terlihat bangunan maupun batu nisan. Dari kejauhan lubang-lubang kecil hitam itu ternyata adalah liang lahat. Berapa banyak pembesar dan orang agung yang telah dikuburkan di sana. Karena posisinya yang terletak di sudut awal perbatasan dengan propinsi di pesisir pantai. Pekuburan kuno ini adalah salah satu tujuan awal bagi pengunjung yang melancong ke Siwa.

Jabal Mauta, bukit kematian. Penduduk setempat juga menamakan pekuburan itu dengan Gebel al-Musabbarin, bermakna bukit orang yang dibalsem. Tidak ada yang istimewa dari bukit itu, karena hanya terselimuti debu dan pasir berwarna coklat. Satu keistimewaan bahwa jabal mauta adalah tempat tinggal terakhir para bangsawan di masa kejayaan Firaun.

Udara panas terus membakar kulit yang telah legam ini. Hembusan debu gurun menghempas tubuh ini. Jalan-jalan yang menanjak dan berpasir adalah jalur yang harus ditempuh untuk mencapai jabal mauta tersebut.

Setiap sisi bukit tidak disisakan ruang kosong. Semua sisi dimanfaatkan sebagai pekuburan. Seakan bukit ini adalah rumah susun yang saling bersusun saling bertingkat. Dari kaki bukit hingga puncaknya lubang-lubang berjajar rapi. Bukit ini berbentuk kerucut dengan bebatuan kapur yang begitu tandus. Tebing yang curam membuat pengunjung harus melangkahkan kaki dengan hati-hati. Khawatir terpeleset masuk ke dalam jurang. Bukit ini sungguh berlubang dengan lorong-lorong buatan di dalamnya.

Masing-masing kuburan berbentuk kotak seukuran beberapa meter saja. Seluruhnya terletak di sisi depan bukit menjulang keluar. Jabal mauta telah berada semenjak zaman Firaun dinasti yang ke -26 hingga zaman Yunani (Ptolemaic) dan masa kekaisaran Romawi.

Dari sekian ribu mumi yang dikuburkan terdapat empat nama pekuburan yang terkenal. Pertama; Kuburan Buaya. Keistimewaan makam ini adalah gambar buaya berwarna kuning. Diperkirakan dibangun pada masa akhir dinasti Ptolemeus atau awal Periode kekaisaran Romawi. Sayang sekali, penghuni makam ini tidak dibalsem, atau bisa jadi telah dimumikan tapi ada yang mencuri muminya. Setelah makam dibersihkan dari puing-puing yang berserakan. Gambar yang terdapat di dalamnya adalah gambar buaya. Maka penduduk lokal Siwa menamakan makam ini dengan kuburan buaya.

Kedua; Kuburan Mesu-Isis. Ciri yang menonjol dari makam ini adalah terdapat tengkorak mumi yang masih utuh. Ajaibnya penghuni makam ini tidak menggunakan nama dirinya melainkan memakai nama isterinya. Mungkin ini adalah bentuk rasa kasih sayang penghuni makam bagi isterinya agar nama isterinya dapat terkenang sepanjang masa. Makam ini terdiri dari tiga ruang. Diperkirakan mumi yang diawetkan dalam makam ini hidup pada abad ketiga SM. Bisa dikatakan sezaman dengan makam Si-Amun.

Ketiga; Kuburan Niperpathot. Niperpathot boleh saja diartikan dengan; Pemilik Rumah Thot. Sebuah makam dengan ukuran terbesar serta berusia tertua di oasis Siwa ini. Menurut sumber yang tertulis dari makam ini, yang dimumikan adalah seorang pria yang bertugas sebagai ‘nabi’, utusan, Dewa Osiris. Sekaligus dia menjadi juru tulis wahyu dari Dewa Osiris. Di dalam dinding makam yang seukuran kira-kira dua meter terdapat tulisan dan gambar berwarna merah. Bertuliskan huruf hieroglyph dan bergambarkan tiga sosok orang yang berbusana pakaian khas Firaun. Kain yang terlilit dari pusar hingga mata kaki dengan perhiasan yang menutup dada disertai mahkota kecil di kepala. Sebagai Sang Utusan Dewa maka makam ini teristimewakan dengan prasasti dan gambar.

Keempat; Kuburan Si-Amun. Makam ini berjarak sangat dekat dengan makam Mesu-Isis. Kelebihan makam ini adalah keindahan relief yang berwarna-warni. Dinding makam ini adalah paling menarik dan terindah dari seluruh lukisan dan gambar yang ada di jabal mauta bahkan boleh saya katakan teresotik di Siwa. Makam ini telah dihuni sekitar abad ke-3 SM. Dilihat dari gambar yang terdapat di dinding makam. Pemilik makam ini, Si-Amun jelas adalah seorang berpengaruh, setidaknya dia mempunyai harta kekayaan yang mencukupi untuk membangun sebuah makam yang esotik bagi dirinya. Si-Amun digambarkan sesuai dengan apa yang terlihat di sisi dinding makamnya. Dia seorang yang berewok, berambut keriting tebal berwarna hitam, dan berkulit putih. Isterinya bernama Re’t, berkulitkan warna coklat kemerahan. Sepertinya wanita ini penduduk asli Siwa. Sebagaimana saat ini penduduk Siwa adalah berkulit coklat kemerahan bahkan kehitaman.

Siapa yang membayangkan bahwa mumi di jabal mauta ini berbeda dengan mumi di wilayah lain Mesir. Mumi Firaun yang selalu anda lihat dibuatkan peti mati berukiran seni bercitra rasa tinggi berbalutkan emas di setiap sudut ukiran peti. Bukan itu, Mumi di jabal mauta ini hanya berbalut kain kafan yang dikuburkan di sebuah ruangan kotak. Mumi itu diletakkan begitu saja di atas tanah ruangan itu. Tanpa peti yang menyelimutinya. Selimutnya adalah angin, pasir, dan debu yang mengawetkan jasad.

Proses pemumian sederhana ini menjadi saksi kecerdasan masyarakat Siwa pada zaman itu.

Pada saat Perang Dunia II tentara Italia menginvasi Siwa. Penduduk siwa berbondong-bondong bersembunyi di dalam lorong-terowongan pekuburan jabal mauta. Di sana mereka tinggal bersama dengan mayat dan mumi. Akibat invasi ini, banyak ruang di dalam pekuburan yang rusak. Sisa-sisa asap dan bakaran menempel pada dinding makam.

Bagi saya, jabal mauta bukan sekedar bukit berkerucut dengan pasir bebatuan kerikil. Namun jabal mauta adalah proses kecerdasan yang bertaburkan seni pahat dan seni lukis. Peradaban ribuan tahun yang dibangun oleh bangsawan kaya yang berlarutkan dengan keindahan para seniman Mesir pada waktu itu. Perpaduan antara kecerdasan akal dengan cita rasa seni inilah yang telah menjadikan jabal mauta bernilai sejarah yang memancarkan kehangatan mentari pagi.

1 comment: