Friday 9 April 2010

AL-AZHAR PARK, 1 DARI 60 TEMPAT TERINDAH DI DUNIA

Aku memasuki gerbang Al-Azhar Park seakan sebuah gerbang istana raja. Gerbang masuk berbentuk benteng dengan tiga pintu berinterior seperti pensil tajam keatas. Semakin masuk ke dalam disambut dengan air mancur yang keluar dari dalam tanah. Air mancur ini berjumlah 16 pancuran kecil, 8 pancuran sedang, dan 1 pancuran besar terletak ditengah. Anak-anak kecil bermain di sekitarnya dan menyipratkan air pancuran ke teman-temannya. Tak mau kalah remaja pun ikut bermain air mancur. Air mancur ini tidak ditempatkan di dalam kolam sebagaimana air mancur di sekitar Monas, Jakarta. Namun air mancur itu langsung keluar dari lantai. Pertama kali memandang air mancur ini hati berkata sungguh unik dan menarik. Maklum orang kampung yang pergi keliling dunia. Jarang melihat air mancur.
Memandang ke depan dari gerbang masuk utama. Alias gerbang masuk satu-satunya. Karena tidak ada pintu masuk lagi kecuali dari pintu tersebut. Akan terlihat bukit hijau yang dikelilingi oleh pepohonan maupun tumbuhan.
Aku melangkahkan kaki lebih jauh untuk melihat keindahan Al-Azhar Park ini. Kubelokkan kaki ke arah kiri. Wow, pemandangan yang indah, sebuah lantai berwarna cerah dikelilingi oleh pepohonan, dikanan kiri ada tempat duduk dan tiang-tiang lampu terbuat dari marmer. Aku pandang ke depan, semakin ke depan dapat kulihat, meskipun kecil, Masjid Muhammad Ali Pasha.
Udara sejuk, pemandangan hijau, pepohonan, bunga-bunga, dan rerumputan halus dapat dirasakan semua keindahan itu di dalam Al-Azhar Park ini.
Al-Azhar Park dibuka untuk umum tahun 2005. Al-Azhar Park terletak di sebelah Selatan Universitas Al-Azhar. Bagi orang Indonesia yang lama tinggal di negeri sungai Nil ini. Akan merindukan Indonesia setelah melihat pemandangan sekitar Al-azhar Park.
Al-Azhar Park secara keseluruhan menyerupai arsitektur taman Islam abad pertengahan. Taman yang dihiasi oleh pepohonan palm, bunga, rerumputan, air terjun, dan juga air mancur mengingatkan pada taman Alhambra. Lebih dari 325 tanaman berbeda jenis diambil dari tumbuhan Mesir asli. Taman ini Diapit antara Kota Tua Cairo, wilayah fatimiyah, dan the City of the Dead, atau dikenal dengan bahasa Mesir; kuburan.
Danau terlihat dari kejauhan, aku dekati danau tersebut. Meski bukan danau alami namun airnya jernih, setiap orang yang melalui danau itu melihat kegenitan ikan-ikan sedang berenang di dalam danau tanpa rasa malu. Tiba-tiba air mancur terciprat kecil dari tengah danau ke arah mukaku menambah sejuk suasana tubuh.
Pantas saja Al-Azhar Park ini disebut-sebut sebagai taman terbaik dan terindah di Mesir. Seperti biasa orang Mesir membanggakan taman ini sebagai taman terindah di dunia Arab. Mereka belum pernah melihat taman di Indonesia, makanya mereka selalu membanggakan taman itu. Kalau sudah melihat taman Indonesia, pasti mereka akan bilang tentang Indonesia : “dih el-gannah,” ini adalah surga.
Nampaknya, kebanggaan orang Mesir itu bukan isapan jempol, karena sebuah situs bernama Project for Public Spaces menempatkan Al-Azhar Park sebagai 60 tempat terbaik dunia yang harus disinggahi jika anda berkunjung ke Mesir.
Aku akui bahwa taman ini memang bersih dan terawat dengan baik, tidak seperti taman-taman yang aku jumpai di Cairo. Taman tidak terlihat sampah berserakan. Karena bersih, lalat pun tidak sembarangan bisa terbang di wilayah ini.
Bukan hanya itu, orang-orang terkenal pun pernah mengunjungi Al-Azhar Park. Ambil contoh: Farah Pahlavi, Pangeran Charles, serta Puteri Camilla. Tentu saja aku sendiri pernah mengunjungi Al-Azhar Park.
Al-Azhar Park memiliki dua restoran berbintang lima. Satu restoran menghadap menara Masjid Al-Azhar dan lainnya mengarah ke Benteng Solahuddin. Dengar-dengar harga satu porsi makanan sekitar 10 USD/menu utama. Kalau punya uang lebih, tak apa-apa mencobanya.
Mataku memandang sebuah tembok, menyerupai benteng. Tembok sepanjang 1,5 kilometer itu dibangun oleh solahuddin 800 tahun lalu melintasi Al-Azhar Park. Tembok ini terletak di lereng antara Al-Azhar Park dengan Kota Tua Cairo.
Sialnya, aku ingin berfoto dengan banyak gaya macam foto model, gagal sudah. Karena batu baterei kamera digital low batt. Timbul pikiran dari diriku, mungkin lain hari aku akan berkunjung lagi ke Al-Azhar Park ini.
“Di.” Kupanggil temanku yang bernama Maftudi.
“Kapan-kapan kita main ke sini lagi yah.” Ku tersenyum berharap.
Dia hanya tersenyum tanpa menjawab satu kata pun. Mungkin telah kelelahan karena sudah seharian aku dan dia berjalan-jalan ke kota Cairo-Giza, Giza-Cairo. Dengan rasa menyesal campur sedih karena belum banyak foto yang diambil dari tempat ini, kami putuskan untuk kembali ke rumah.
Matahari mulai redup, namun kehadiran anak-anak, remaja, orang dewasa, dan juga sekelompok keluarga Mesir memasuki Al-Azhar Park tak ikut redup. Wajah-wajah ceria dan senyum mengembang terpancar dari kebahagiaan hati mereka. Karena dapat menikmati kesejukan, keindahan, serta kenyamanan taman di tengah kota Cairo yang sumpek dan berdebu karena kendaraan bermotor. Bisa dikatakan Al-Azhar Park adalah jantung kota Cairo. Dia memberi udara segar di tengah padang pasir dan rumah-rumah tanpa pepohonan.
Tahukah Anda ?
Al-Azhar Park yang aku pijak saat ini, dahulu adalah tempat pembuangan sampah kota Cairo selama lima ratus tahun. Ternyata gundukan bukit yang aku lihat tadi itu adalah sampah orang-orang Cairo dari jaman kerajaan sampai jaman republik ini.

1 comment:

  1. wah, mantap yg pernah ke azhar park. pangeran Charles aja prnh ke sana ... :)

    ReplyDelete