Sunday 18 April 2010

DIINTEROGASI POLISI

Kejadian ini beberapa tahun lalu, pertama kali di Mesir aku dibawa ke kantor polisi untuk diinterogasi oleh polisi Mesir. Aku ditangkap oleh polisi Mesir ketika sedang mengunjungi Books Exhibition, gitu deh yang tertulis di papan iklan depan pintu masuk. Bahasa Mesir disebut ma’rodh al-kutub.

Cerita berawal dari perkenalanku dengan orang Mesir. Dia berpakaian sweater ketat, bercelana Jeans biru, berperawakan tinggi, meski tidak berbadan besar namun nampak gagah, wajahnya putih sedap dipandang, dan ganteng juga. Seperti kebanyakan anak muda Mesir lain, yang membedakan dia dengan anak muda sebayanya adalah jenggot yang melingkar dari cambang kanan ke dagu terus ke cambang kiri. Kalau dia tidak berjenggot mirip seperti Adam Jordan. Dia berbicara bahasa Fusha sedikit, aku tetap berusaha memahami apa yang dikatakannya meski bahasa pasaran (amiyah) yang digunakan. Karena bisa bahasa fusha alasan ini yang membuatku setuju jalan bersama menuju ma’rodh al-kutub.

Aku mengenal dia di Masjid Al-Azhar sebelum solat Dzuhur saat sedang menghapal Al-Quran. Tiba-tiba saja dia menghampiriku. Dia menanyakan berbagai hal tentang diriku, terutama asal mana, kenapa aku disini, dan bla bla bla. Setelah sejenak berbincang-bincang dengan dia, dia menawariku untuk pergi ke ma’rodh bersama. Dia mengatakan jauh-jauh dari Alexandria ke Cairo hanya untuk mengunjungi ma’rodh al-kutub. Aku yang masih baru di Mesir, dan belum tahu apa-apa diam saja sembari senyum. Aku jawab ajakan dia setelah berpikir lama dan selepas solat Zuhur berjamaah di Masjid Al-Azhar. Aku mengangguk tanda setuju. Kami menuju ma’rodh al-kutub melewati arah Tahrir terlebih dahulu. Dari Tahrir naik lagi eltramco -semacam Colt di Jawa Timur- yang menuju ke ma’rodh. Dia yang membayar ongkos semua dari naik bis hingga masuk ma’rodh, lumayan gratis. Meski aku sudah memaksa untuk membayar, dia tetap keukeuh tidak mau dibayarkan, itu sifat orang Mesir ama orang asing, gengsi jika harus orang asing yang membayar. Asyik sih !!! sebenarnya ada rute yang lebih cepat menuju ma’rodh hanya satu kali naik kendaraan umum, yaitu bis. Tapi dia tidak mau naik bis. Aku tanya ke dia: “Mengapa kita tidak naik bis aja, khan lebih cepat?” Dia menjawab kalau naik bis terjadi ikhtilat antara laki-laki dan perempuan. Dalam hatiku, jawaban yang aneh, emang tidak bisa apa duduk dibelakang. Biasanya khan cewek Mesir tidak mau duduk dibelakang.

Kami melihat-lihat buku, buku berbahasa Arab, ternyata dia suka buku berbahasa Inggris. Tidak lama melihat-lihat buku, aku dan dia keluar dari Germany Hall.

Saat keluar pintu Hall aku dipanggil oleh seseorang yang memakai kacamata hitam. berpakaian rapi, ditangannya memegang radio handy talky. Tampangnya dengan kacamata hitam seperti Amr Diab penyanyi Mesir dalam klip berjudul; neoul eah. ‘Amr Diab’ itu meminta orang Mesir untuk menunjukkan bathoqoh syakhsiyah, semacam Kartu Tanda Penduduk. Aku diminta memperlihatkan paspor. Sial, paspor tidak aku bawa. Aku dan orang Mesir yang baru kukenal digiring ke pos polisi. Meski tidak diborgol tanganku, tapi hati ini deg-deg-an juga. Kami dibawa ke kantor polisi bagian atas. Seorang polisi bertanya kepada orang Mesir yang baru kukenal; nama, alamat, dan nomer telpon. Sedangkan aku diminta paspor oleh seorang polisi berpakaian hitam, rambut cepak, berkumis tebal, wajah garang, berkulit gelap, seperti Bahadur dalam film Ayat-Ayat Cinta. Karena aku tidak bawa paspor, aku ditanya nama lengkap, tempat tanggal lahir, kapan tiba pertama kali di Mesir, dan iqomah (visa). Karena gemetar tubuh ini semua pertanyaan aku jawab dengan cepat. Dia malah membentakku, “Jangan cepat-cepat.” Aku tak tahu visa berakhir sampai kapan, seingatku visa sudah habis, minta diperpanjang kembali. Karena jawabanku tentang visa tidak memuaskan. Aku disuruh masuk ke sebuah ruangan berukuran 2 X 2 meter didalamnya terdapat dua orang Mesir, satu berperawakan tinggi besar mengenakan jubah putih, satu lagi masih muda mengenakan celana jeans dan baju kemeja. Dimana orang Mesir yang bersamaku tadi, aku tidak menemukan dia di ruangan sempit ini. Mungkin dia dimasukkan ke ruangan lain. Aku cuek saja dengan mereka berdua sambil bermuka masam ku duduk di pojok ruangan. Dalam hati aku menggerutu, emang loe siape, sama-sama ngga’ kenal, jangan-jangan kalo gue nyapa malah dikira ada jaringan internasional, BETE banget deh.

Entah, timbul pikiran negatif tentang penjara bawah tanah Mesir. Mata ditutup kain hitam untuk menuju ke penjara itu, penghuni disetrum pakai listrik, penghuni tidak memakai pakaian sehelai pun, ruangan cukup buat badan saja, dan air yang menggenang hingga lutut, iiiiih serem, gue ngga’ mauuuu … (teriak dalam hati) hiks … hiks … hiks …

Atau aku bakalan dideportasi keluar dari Mesir, aku tidak bakal bisa masuk ke Mesir lagi. Aku kan masih mahasiswa baru di Mesir. Aku datang ke Mesir mau kuliah, bukan mau dideportasi. Fuih fuih.

Pikiran negatif tumplek semua di otak. Dari penjara bawah tanah, siksaan dalam penjara, ditendang, dibentak, dideportasi, plus ada stempel teroris di paspor. Ogaaaaaaaaah :((

Dalam keadaan tegang, tak terkontrol, sedih, takut seperti ini. Hanya ALLAH tempat mengadu, karena DIA adalah sebaik-baik penolong, Yang Maha Penolong. Aku Solat Hajat dua rokaat, setelah itu berdoa memohon kepada ALLAh agar aku tidak masuk penjara apalagi deportasi. Keajaiban, setelah Solat dan berdoa, Alhamdulillah seorang polisi tersenyum kepadaku dan berkata: “Kamu bebas.” Dia menasehatiku: “Kalau kemana-mana kamu harus bawa paspor atau karneh (kartu mahasiswa).” Aku menganggukan kepala tanpa senyum. Mungkin alasan aku dibebaskan karena aku masih bau kencur di Mesir. Tapi namaku sudah terdaftar di kepolisian Mesir. Biarlah, semua sudah terjadi, sekarang yang terpenting adalah berhati-hati.

2 comments:

  1. serem yah mesir ...
    maklum lah mesir khan darurat perang alias siaga satu ...

    ReplyDelete
  2. haha.. abis itu mas irham ngambek nggak mau ikut ujian. huiihuii.. trus sumpek, lalu kulakan telur kuecil-kuecilll dr kampung, ngeliatnya aja bikin kudu ngelus dada gmn mau beli. hahaha.. masa lalu. (minan, salam dr zahra)

    ReplyDelete