Sunday 18 April 2010

DIINTEROGASI POLISI

Kejadian ini beberapa tahun lalu, pertama kali di Mesir aku dibawa ke kantor polisi untuk diinterogasi oleh polisi Mesir. Aku ditangkap oleh polisi Mesir ketika sedang mengunjungi Books Exhibition, gitu deh yang tertulis di papan iklan depan pintu masuk. Bahasa Mesir disebut ma’rodh al-kutub.

Cerita berawal dari perkenalanku dengan orang Mesir. Dia berpakaian sweater ketat, bercelana Jeans biru, berperawakan tinggi, meski tidak berbadan besar namun nampak gagah, wajahnya putih sedap dipandang, dan ganteng juga. Seperti kebanyakan anak muda Mesir lain, yang membedakan dia dengan anak muda sebayanya adalah jenggot yang melingkar dari cambang kanan ke dagu terus ke cambang kiri. Kalau dia tidak berjenggot mirip seperti Adam Jordan. Dia berbicara bahasa Fusha sedikit, aku tetap berusaha memahami apa yang dikatakannya meski bahasa pasaran (amiyah) yang digunakan. Karena bisa bahasa fusha alasan ini yang membuatku setuju jalan bersama menuju ma’rodh al-kutub.

Aku mengenal dia di Masjid Al-Azhar sebelum solat Dzuhur saat sedang menghapal Al-Quran. Tiba-tiba saja dia menghampiriku. Dia menanyakan berbagai hal tentang diriku, terutama asal mana, kenapa aku disini, dan bla bla bla. Setelah sejenak berbincang-bincang dengan dia, dia menawariku untuk pergi ke ma’rodh bersama. Dia mengatakan jauh-jauh dari Alexandria ke Cairo hanya untuk mengunjungi ma’rodh al-kutub. Aku yang masih baru di Mesir, dan belum tahu apa-apa diam saja sembari senyum. Aku jawab ajakan dia setelah berpikir lama dan selepas solat Zuhur berjamaah di Masjid Al-Azhar. Aku mengangguk tanda setuju. Kami menuju ma’rodh al-kutub melewati arah Tahrir terlebih dahulu. Dari Tahrir naik lagi eltramco -semacam Colt di Jawa Timur- yang menuju ke ma’rodh. Dia yang membayar ongkos semua dari naik bis hingga masuk ma’rodh, lumayan gratis. Meski aku sudah memaksa untuk membayar, dia tetap keukeuh tidak mau dibayarkan, itu sifat orang Mesir ama orang asing, gengsi jika harus orang asing yang membayar. Asyik sih !!! sebenarnya ada rute yang lebih cepat menuju ma’rodh hanya satu kali naik kendaraan umum, yaitu bis. Tapi dia tidak mau naik bis. Aku tanya ke dia: “Mengapa kita tidak naik bis aja, khan lebih cepat?” Dia menjawab kalau naik bis terjadi ikhtilat antara laki-laki dan perempuan. Dalam hatiku, jawaban yang aneh, emang tidak bisa apa duduk dibelakang. Biasanya khan cewek Mesir tidak mau duduk dibelakang.

Kami melihat-lihat buku, buku berbahasa Arab, ternyata dia suka buku berbahasa Inggris. Tidak lama melihat-lihat buku, aku dan dia keluar dari Germany Hall.

Saat keluar pintu Hall aku dipanggil oleh seseorang yang memakai kacamata hitam. berpakaian rapi, ditangannya memegang radio handy talky. Tampangnya dengan kacamata hitam seperti Amr Diab penyanyi Mesir dalam klip berjudul; neoul eah. ‘Amr Diab’ itu meminta orang Mesir untuk menunjukkan bathoqoh syakhsiyah, semacam Kartu Tanda Penduduk. Aku diminta memperlihatkan paspor. Sial, paspor tidak aku bawa. Aku dan orang Mesir yang baru kukenal digiring ke pos polisi. Meski tidak diborgol tanganku, tapi hati ini deg-deg-an juga. Kami dibawa ke kantor polisi bagian atas. Seorang polisi bertanya kepada orang Mesir yang baru kukenal; nama, alamat, dan nomer telpon. Sedangkan aku diminta paspor oleh seorang polisi berpakaian hitam, rambut cepak, berkumis tebal, wajah garang, berkulit gelap, seperti Bahadur dalam film Ayat-Ayat Cinta. Karena aku tidak bawa paspor, aku ditanya nama lengkap, tempat tanggal lahir, kapan tiba pertama kali di Mesir, dan iqomah (visa). Karena gemetar tubuh ini semua pertanyaan aku jawab dengan cepat. Dia malah membentakku, “Jangan cepat-cepat.” Aku tak tahu visa berakhir sampai kapan, seingatku visa sudah habis, minta diperpanjang kembali. Karena jawabanku tentang visa tidak memuaskan. Aku disuruh masuk ke sebuah ruangan berukuran 2 X 2 meter didalamnya terdapat dua orang Mesir, satu berperawakan tinggi besar mengenakan jubah putih, satu lagi masih muda mengenakan celana jeans dan baju kemeja. Dimana orang Mesir yang bersamaku tadi, aku tidak menemukan dia di ruangan sempit ini. Mungkin dia dimasukkan ke ruangan lain. Aku cuek saja dengan mereka berdua sambil bermuka masam ku duduk di pojok ruangan. Dalam hati aku menggerutu, emang loe siape, sama-sama ngga’ kenal, jangan-jangan kalo gue nyapa malah dikira ada jaringan internasional, BETE banget deh.

Entah, timbul pikiran negatif tentang penjara bawah tanah Mesir. Mata ditutup kain hitam untuk menuju ke penjara itu, penghuni disetrum pakai listrik, penghuni tidak memakai pakaian sehelai pun, ruangan cukup buat badan saja, dan air yang menggenang hingga lutut, iiiiih serem, gue ngga’ mauuuu … (teriak dalam hati) hiks … hiks … hiks …

Atau aku bakalan dideportasi keluar dari Mesir, aku tidak bakal bisa masuk ke Mesir lagi. Aku kan masih mahasiswa baru di Mesir. Aku datang ke Mesir mau kuliah, bukan mau dideportasi. Fuih fuih.

Pikiran negatif tumplek semua di otak. Dari penjara bawah tanah, siksaan dalam penjara, ditendang, dibentak, dideportasi, plus ada stempel teroris di paspor. Ogaaaaaaaaah :((

Dalam keadaan tegang, tak terkontrol, sedih, takut seperti ini. Hanya ALLAH tempat mengadu, karena DIA adalah sebaik-baik penolong, Yang Maha Penolong. Aku Solat Hajat dua rokaat, setelah itu berdoa memohon kepada ALLAh agar aku tidak masuk penjara apalagi deportasi. Keajaiban, setelah Solat dan berdoa, Alhamdulillah seorang polisi tersenyum kepadaku dan berkata: “Kamu bebas.” Dia menasehatiku: “Kalau kemana-mana kamu harus bawa paspor atau karneh (kartu mahasiswa).” Aku menganggukan kepala tanpa senyum. Mungkin alasan aku dibebaskan karena aku masih bau kencur di Mesir. Tapi namaku sudah terdaftar di kepolisian Mesir. Biarlah, semua sudah terjadi, sekarang yang terpenting adalah berhati-hati.

Friday 9 April 2010

AL-AZHAR PARK, 1 DARI 60 TEMPAT TERINDAH DI DUNIA

Aku memasuki gerbang Al-Azhar Park seakan sebuah gerbang istana raja. Gerbang masuk berbentuk benteng dengan tiga pintu berinterior seperti pensil tajam keatas. Semakin masuk ke dalam disambut dengan air mancur yang keluar dari dalam tanah. Air mancur ini berjumlah 16 pancuran kecil, 8 pancuran sedang, dan 1 pancuran besar terletak ditengah. Anak-anak kecil bermain di sekitarnya dan menyipratkan air pancuran ke teman-temannya. Tak mau kalah remaja pun ikut bermain air mancur. Air mancur ini tidak ditempatkan di dalam kolam sebagaimana air mancur di sekitar Monas, Jakarta. Namun air mancur itu langsung keluar dari lantai. Pertama kali memandang air mancur ini hati berkata sungguh unik dan menarik. Maklum orang kampung yang pergi keliling dunia. Jarang melihat air mancur.
Memandang ke depan dari gerbang masuk utama. Alias gerbang masuk satu-satunya. Karena tidak ada pintu masuk lagi kecuali dari pintu tersebut. Akan terlihat bukit hijau yang dikelilingi oleh pepohonan maupun tumbuhan.
Aku melangkahkan kaki lebih jauh untuk melihat keindahan Al-Azhar Park ini. Kubelokkan kaki ke arah kiri. Wow, pemandangan yang indah, sebuah lantai berwarna cerah dikelilingi oleh pepohonan, dikanan kiri ada tempat duduk dan tiang-tiang lampu terbuat dari marmer. Aku pandang ke depan, semakin ke depan dapat kulihat, meskipun kecil, Masjid Muhammad Ali Pasha.
Udara sejuk, pemandangan hijau, pepohonan, bunga-bunga, dan rerumputan halus dapat dirasakan semua keindahan itu di dalam Al-Azhar Park ini.
Al-Azhar Park dibuka untuk umum tahun 2005. Al-Azhar Park terletak di sebelah Selatan Universitas Al-Azhar. Bagi orang Indonesia yang lama tinggal di negeri sungai Nil ini. Akan merindukan Indonesia setelah melihat pemandangan sekitar Al-azhar Park.
Al-Azhar Park secara keseluruhan menyerupai arsitektur taman Islam abad pertengahan. Taman yang dihiasi oleh pepohonan palm, bunga, rerumputan, air terjun, dan juga air mancur mengingatkan pada taman Alhambra. Lebih dari 325 tanaman berbeda jenis diambil dari tumbuhan Mesir asli. Taman ini Diapit antara Kota Tua Cairo, wilayah fatimiyah, dan the City of the Dead, atau dikenal dengan bahasa Mesir; kuburan.
Danau terlihat dari kejauhan, aku dekati danau tersebut. Meski bukan danau alami namun airnya jernih, setiap orang yang melalui danau itu melihat kegenitan ikan-ikan sedang berenang di dalam danau tanpa rasa malu. Tiba-tiba air mancur terciprat kecil dari tengah danau ke arah mukaku menambah sejuk suasana tubuh.
Pantas saja Al-Azhar Park ini disebut-sebut sebagai taman terbaik dan terindah di Mesir. Seperti biasa orang Mesir membanggakan taman ini sebagai taman terindah di dunia Arab. Mereka belum pernah melihat taman di Indonesia, makanya mereka selalu membanggakan taman itu. Kalau sudah melihat taman Indonesia, pasti mereka akan bilang tentang Indonesia : “dih el-gannah,” ini adalah surga.
Nampaknya, kebanggaan orang Mesir itu bukan isapan jempol, karena sebuah situs bernama Project for Public Spaces menempatkan Al-Azhar Park sebagai 60 tempat terbaik dunia yang harus disinggahi jika anda berkunjung ke Mesir.
Aku akui bahwa taman ini memang bersih dan terawat dengan baik, tidak seperti taman-taman yang aku jumpai di Cairo. Taman tidak terlihat sampah berserakan. Karena bersih, lalat pun tidak sembarangan bisa terbang di wilayah ini.
Bukan hanya itu, orang-orang terkenal pun pernah mengunjungi Al-Azhar Park. Ambil contoh: Farah Pahlavi, Pangeran Charles, serta Puteri Camilla. Tentu saja aku sendiri pernah mengunjungi Al-Azhar Park.
Al-Azhar Park memiliki dua restoran berbintang lima. Satu restoran menghadap menara Masjid Al-Azhar dan lainnya mengarah ke Benteng Solahuddin. Dengar-dengar harga satu porsi makanan sekitar 10 USD/menu utama. Kalau punya uang lebih, tak apa-apa mencobanya.
Mataku memandang sebuah tembok, menyerupai benteng. Tembok sepanjang 1,5 kilometer itu dibangun oleh solahuddin 800 tahun lalu melintasi Al-Azhar Park. Tembok ini terletak di lereng antara Al-Azhar Park dengan Kota Tua Cairo.
Sialnya, aku ingin berfoto dengan banyak gaya macam foto model, gagal sudah. Karena batu baterei kamera digital low batt. Timbul pikiran dari diriku, mungkin lain hari aku akan berkunjung lagi ke Al-Azhar Park ini.
“Di.” Kupanggil temanku yang bernama Maftudi.
“Kapan-kapan kita main ke sini lagi yah.” Ku tersenyum berharap.
Dia hanya tersenyum tanpa menjawab satu kata pun. Mungkin telah kelelahan karena sudah seharian aku dan dia berjalan-jalan ke kota Cairo-Giza, Giza-Cairo. Dengan rasa menyesal campur sedih karena belum banyak foto yang diambil dari tempat ini, kami putuskan untuk kembali ke rumah.
Matahari mulai redup, namun kehadiran anak-anak, remaja, orang dewasa, dan juga sekelompok keluarga Mesir memasuki Al-Azhar Park tak ikut redup. Wajah-wajah ceria dan senyum mengembang terpancar dari kebahagiaan hati mereka. Karena dapat menikmati kesejukan, keindahan, serta kenyamanan taman di tengah kota Cairo yang sumpek dan berdebu karena kendaraan bermotor. Bisa dikatakan Al-Azhar Park adalah jantung kota Cairo. Dia memberi udara segar di tengah padang pasir dan rumah-rumah tanpa pepohonan.
Tahukah Anda ?
Al-Azhar Park yang aku pijak saat ini, dahulu adalah tempat pembuangan sampah kota Cairo selama lima ratus tahun. Ternyata gundukan bukit yang aku lihat tadi itu adalah sampah orang-orang Cairo dari jaman kerajaan sampai jaman republik ini.

Wednesday 7 April 2010

11 KEBIASAAN ORANG MESIR

Bertahun tahun saya telah tinggal di negeri piramida ini, mesir. Penduduk setempat sering membanggakan negerinya sebagai negeri ummu ad-dunya (ibunya dunia), bahasa keangkuhannya adalah mesir sebagai pusat negeri yang melahirkan peradaban dunia. Namun itu semua adalah kejayaan masa lalu yang tertera di dalam tinta sejarah. Dilihat secara geografis, wilayah mesir memang strategis berbatasan dengan tiga benua.
Geografis mesir berbatasan dengan afrika di wilayah barat dan selatan, berbatasan dengan eropa di utara, dan asia di timur. Mesir sendiri pun terletak di benua afrika. Strategisnya wilayah ini, menggiurkan bangsa lain untuk menguasainya atau pun untuk menjadikan pusat pemerintahan. Ambil misal : kerajaaan firaun yang berpusat di mesir, maupun kerajaan yang dikuasai alexander the great berpusat di wilayah al-iskandariyah sekarang. Wilayah ini pun di masa Islam melahirkan ulama terkenal, biasa disebut dengan Ibnu Athoillah as-Sakandariy
Mesir adalah negera berpenduduk homogenous, campuran arab, afrika dan eropa. Keberagaman masyarakatnya memberikan sumbangsih sebagai negara arab yang terbuka, toleran terhadap perbedaan. Sikap yang toleran ini berpengaruh pada universitas tertua dimesir, bahkan di dunia. Universitas tersebut mengambil sikap moderat dalam perbedaan. Setiap keputusan diambil jalan tengah. Setiap mazhab dalam islam dipelajari oleh peserta didik universitas tersebut. Tidak kalah penting, universitas tersebut menjaga kitab turats (dalam istilah keindonesiaan, kitab kuning) terus dipelajari di universitas itu maupun di masjid.
Sekilas keadaan mesir yang selalu menjadi tanda tanya bagi orang yang belum pernah menyinggahi negara ini.
Saya akan menulis beberapa kebiasaan masyarakat mesir yang sering terlihat dalam pandangan mata ini.

1. Shisa, menghisap shisa sudah menjadi bagian dari masyarakat mesir di kota ataupun di desa. Di kota dapat dengan mudah ditemukan kedai untuk menghisap shisa. Tempat ini biasa disebut kafetaria. Nah, jika di desa mereka menggunakan alat apa yg mudah ditemukan oleh mereka, istilahnya menghemat asalkan dapat menghisap shisa. By the way shisa itu apa sih, dari tadi ngomongin shisa tapi belum ada gambarannya. Shisa tuh, alat untuk merokok, bentuknya semacam teko tapi agak ramping. Dibawahnya kaca berbentuk botol yang diisi air, di atasnya diberi arang menyala, untuk menghisapnya disediakan selang diantara air dan arang itu. Menghisapnya menggunakan perut, asap dari shisa ini lebih banyak dari asap rokok. Shisa pun memiliki rasa yag beraneka ragam. Ada rasa cappucino, melon, apel, kurma, koktail, mint, atau strawberry. Saya belum pernah menemukan rasa durian ataupun duku. Ga ada kale’. Penghisap shisa ini tidak terbatas pada masyarakat mesir, tapi juga didapati di masyarakat arab saudi n syria. Saya pertama kali melihat shisa, saya pikir hanya laki-laki yang menghisap shisa, tapi hal itu jauh dari prasangka. Perempuan mesir pun menghisap juga, baik yang disebut ABG maupun yg dipanggil madam (ibu-ibu).

2. Malam jum’at, disebabkan hari libur nasional mesir adalah hari jum’at. Maka malam jum’at menjadi waktu untuk bersenang-senang dan berkumpul bersama kawan-kawan. Malam jum’at bisa dikatakan adalah malam minggunya Indonesia. Berbeda jauh dengan Indonesia, yang menjadikan malam jum’at sebagai waktu untuk menambah pahala, waktu untuk mendekatkan diri kepada Allah (terlepas itu bid’ah atau tidak). Meski yang dibaca surah yasin, namun hal ini sebagai bukti dalam hati kecintaan pada al-Quran.
Pemandangan itu jauh berbeda dengan malam jum’at di mesir. Anak muda mudi, sekelompok ayah, ibu dan anak pun terlihat berkumpul di jalan, tempat wisata, maupun hanya sekedar ngobrol. Di wilayah husein, tempat berkumpulnya segala bangsa, di saat malam jum’at ramai bagaikan Pekan Raya Jakarta. Jika tiba malam jum’at, jalan raya yang menuju husein macet disesaki mobil dan orang-orang yang berseliweran.

3. Tidur pagi, ini sebuah kebiasaan jelek yang tidak mengenal musim, musim panas atau musim dingin. Saya dapat info dari tulisan semisal, bahwa di arab saudi kebiasaan tidur pagi pun tak jauh berbeda dengan di mesir. Mungkin keadaan geografis mesir yang mengharuskan mereka membiaskan tidur pagi. Ada selentingan beberapa kawan, jika mesir di serang israel pada pagi hari, maka akan hancur lebur negara ini.

4. Parfum, setiap orang pasti menyukai parfum laki-laki atau perempuan. Namun di mesir, parfum lebih mencolok digunakan oleh kaum perempuan. Di kota penggunaan parfum ini lebih mencolok dibanding di desa. Suatu hari pada musim dingin, saya mencium wangi parfum dari seorang gadis. saya mencari-cari sumbernya ternyata gadis itu jauh berpuluh-puluh meter di sana. Itu hanya sebuah gambaran bahwa perempuan mesir, suka berlebihan dalam menggunakan parfum. Musim dingin penggunaan parfum meningkat disebabkan cuaca dingin membuat enggan mandi, sebagai alternatif diganti mandi parfum. Dii bulan ramadan pun penggunaaan parfum meningkat drastis.

5. Kekayaan, menilai kekayaan orang mesir berbeda-beda sesuai wilayah masing-masing. Secara umum masyarakat mesir menilai kekayaan itu adalah kekayaan materi. Di kota kekayaan di nilai dengan banyaknya flat yang dimiliki, dapat juga dengan ukuran di komplek mana dia tinggal, komplek elit atau komplek kumuh. Di desa kekayaan dinilai dengan banyaknya tanah yang dimiliki.

6. Teh, bangun tidur minum teh, pagi minum teh, selepas makan minum teh, nonton TV minum teh, berbincang-bincang minum teh, di kafetaria minum teh. Teh adalah bagian dari kehidupan orang mesir. Di kota maupun desa kesukaan mereka pada teh, seperti kesukaan orang jawa pada gula. Bisa dikatakan setiap hari masyarakat mesir tidak pernah terlepas dari teh. Merek teh yang disukai oleh mereka adalah teh al-Arusah, teh ini memberikan warna yang kental berbeda dengan merek teh lainnya.

7. Fuul, kacang parang. Kacang ini dimakan setiap pagi. Tentu saja kacang ini telah masak dibuat semacam bubur. Dimakan menggunakan minyak zaitun, disertai dengan roti (biasa disebut isy), keju dan to’miyah. Kebiasaan makan kacang pada pagi hari menurut beberapa orang mesir, hanya ditemukan di mesir saja.

8. Suka merantau, merantau adalah sebuah sikap untuk mencari yang terbaik. Kebiasaan merantau ini telah lama menjadi darah daging orang arab tak terkecuali orang mesir. Sebelum kedatangan islam, bangsa arab adalah bangsa nomaden, bangsa yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Masih ingat dalam sirah kenabian, nabi merantau (bahasa sirahnya disebut hijrah) dari makkah ke madinah. Hasil merantau ini, membawa kejayaan penyebaran islam selanjutnya.
Dikarenakan kegemaran masyarakat mesir merantau. Mereka dengan mudah akan ditemukan di semua negara timur tengah, seperti saudi arabia, oman, maupun kuwait. Di kuwait, masyarakat mesir menduduki tingkat tertinggi sebagai pendatang, begitu juga di Yunani dan Italia.

9. Tempel pipi, jika bertemu sesama mereka akan menempelkan pipi antara satu dengan lainnya. Ada juga yang menyium pipi. Hal itu telah menjadi kebiasaan mereka saat bertemu. Terlebih jika lama tak jumpa, mereka akan cium pipi serta berpeluk mesra. Perlu diingat tempel pipi dan saling peluk ini hanya untuk sesama jenis. Dan jangan coba-coba untuk menyium ataupun memeluk lawan jenis di muka umum. Coz bukan mahram. Biasanya jika berlawanan jenis sapaan mereka berjabat tangan saja. Tentu budaya ini berbeda dengan Indonesia, di saat bertemu satu sama lain terbatas berjabat tangan saja.

10. Basa basi, dalam bahasa mesirnya mujamalah. Pemandangan ini sudah umum ditemukan di setiap tempat di mesir. Terlebih lagi, jika orang tersebut baru dikenal. Basa basi ini dengan mengajak orang yang baru dikenal minum teh. “itfaddol, nasyrabuu esSya-i” minum teh, yuk. Ajakan ini bisa kita tanggapi, tapi saran seorang teman mesir, jika ajakan itu dari seorang yang baru dikenal sebaiknya ditolak saja. Dengan berucap : “Syukran”, terima kasih. Basa basi ini pun membuat bangsa mesir terlihat ramah terhadap orang asing.

11. Romadhon karim, bulan romadhon yang penuh berkah. Begitulah ucapan dan pamflet di sepanjang jalan kota cairo jika bulan romadhon tiba. Bulan ini adalah bulan rahmat, bulan hemat. Hemat waktu dan hemat finansial, karena kebanyakan mahasiswa tidak masak sendiri. Di sepanjang jalan cairo akan dengan mudah didapati tempat yang disebut maidah ar-Rahman, terjemahan bebasnya hidangan Yang Maha Pengasih. Setiap orang dipersilahkan untuk memakan hidangan berbuka puasa yang tersedia, tanpa ditarik sepersen pun. Menu yang disajikan bervariasi, tersedia nasi, roti, sayur kentang, daging, ayam, dan buah-buahan. Tak lupa juga ada kolak kurmanya. Di tempat dimana orang asing agak jarang, maka pelajar asing itu akan diutamakan serta dijamu bagaikan pangeran. Terasa senang jika bulan ramdhan telah tiba, senang suasananya, senang makanannya.

Sebelas kebiasaan orang mesir ini telah mencukupi pembahasan terkait kebiasaan orang mesir. Ada beberapa kebiasaan buruk orang mesir, seperti : penipu, pembohong, keras kepala, ingkar janji. Dan kebudayaan orang mesir yang telah mendarah daging sejak kecil, yaitu: kencing di tembok. Hampir di setiap tempat akan menemukan kejadian tersebut berulang-ulang, baik orang dewasa maupun anak kecil. WC umum memang tidak tersedia di kota kairo ini, mungkin itu salah satu penyebab mereka melakukan hal ini. Sifat dan kebudayaan kencing di tembok, tidak saya temukan pada orang mesir yang belajar agama dan terdidik.
Kebaikan orang mesir adalah membantu mahasiswa asing. Ambil contoh jam’iyah syar’iyah, membantu finansial mahasiswa Indonesia tidak kurang dari LE. 150.000 setiap bulan yang di keluarkan dari kas organisasi tersebut, Jumlah tersebut setara dengan Rp. 300 juta.

Terlepas dari kekurangan, mesir adalah Negara pertama yang mengakui kedaulatan Republik Indonesia. Pada akhirnya, semua bangsa Indonesia dapat menikmati kemerdekaan. :)

Tuesday 6 April 2010

PERTAMA DI AFRIKA ... masa' sih ... !!!

Lho ko’ bisnya muter ke kiri, bis yang kunaiki memutar halauan ke arah kiri. Bis umum nomer 65 kuning, bis berwarna putih ada loretan biru coklat ditengah. Jalan raya ini … bukannya aku sering lewati jika aku kembali dari tahrir. Aku bertanya kepada diriku sendiri.
Bis berjalan terus ke arah kota Kairo lama atau yang dikenal penduduk sekitar dengan Maser Al-Qodimah. Sebelah Kanan kiri yang aku lewati banyak toko dan kedai.

Nah, ada kuburan Kristen, jarang aku melihat kuburan Kristen di tengah kota Kairo. Tapi di sini aku melihatnya penuh keheranan. Kuburan itu terbuat dari batu yang disemen serta cat berwarna putih. lebih aneh lagi kuburan itu memiliki kubah diatas kuburan tersebut. Serupa dengan kubah makam para wali, yang membedakan adalah salib diatas kubah.
Tertulis di depan pintu masuk kuburan itu kuburan Katolik Koptik.
Aneh !!! ada tambahan kata Katolik yang digabung dengan Koptik. Selama ini yang aku tahu di Mesir hanya Koptik tanpa ada tambahan Katolik. Mungkinkah ini ada hubungan dengan Katolik Roma.

Setelah browsing sana sini ternyata Koptik terpecah menjadi dua sekte. Gereja Ortodoks Koptik dan Gereja Katolik Koptik.
Gereja Ortodoks Koptik, gereja pribumi masyarakat Kristen Mesir. Gereja ini lahir sejak awal sejarah Kekristenan, diawali dari kedatangan Markus, murid Petrus sekaligus penerjemahnya. Pusat ke-paus-an gereja berada di Alexandria.
Sedangkan Gereja Katolik Koptik, gereja otonom dalam persekutuan Gereja Katolik Roma. Pusat kepausan terletak di Vatikan.

Bis terus melaju dengan pelan, kulihat kanan kiri suasana kota tua yang kumuh dengan bangunan berwarna coklat akibat debu menempel pada setiap tembok.

“Itu Masjid Amr bin Ash.” Begitu tanyaku kepada kondektur bis.

“Iya.” Dia menjawab disertai anggukan kepala.

“Turun disinikah.” Dia melanjutkan kata-katanya.

Aku hanya mengisyaratkan jari telunjuk ke depan. Tidak tahu akan turun dimana karena ini adalah pertama kali aku pergi ke tempat ini menggunakan bis umum.

“Turun di terminal sekalian yah.” begitu kata kondektur menafsirkan isyarat tanganku.

Aku menggelengkan kepala seakan tahu terminal bis itu.

Terminal tampak sepi, tidak seperti terminal Depok atau Lebak Bulus. Meski semua adalah terminal bis dalam kota, di dalam terminal Amr Bin Ash ini hanya terlihat dua atau tiga bis yang ngetem.
Aku masih ragu apakah itu Masjid Amr Bin Ash atau bukan. Maklum, aku belum pernah menyempatkan diri berjalan ke Masjid tersebut. Kalau sekedar keinginan atau ide jalan-jalan ke sana sudah numpuk di kepala.
Adzan Zuhur terdengar dari arah Masjid di depanku. Masjid ini berwarna coklat seperti debu padang sahara. Di atasnya terlihat ukiran seakan adalah benteng kerajaan. Aku masuk ke dalam ternyata ada orang-orang sedang melaksanakan solat. Aku cari tempat wudhu dan berwudhu, aku titipkan sepatu bututku ke penjaga. Setelah berwudhu aku beri dia imbalan jasa 50 piastre (sekitar seribu) karena telah menjaga sepatuku. Hehehe :D

Aku solat berjamaah, setelah itu solat sunnah ba’diyah Zuhur.
Wow, benar-benar luas masjid ini. Sekelilingnya terdapat tiang yang menopang atap Masjid. Ada yang mengatakan bahwa tiang Masjid Amr Bin Ash ini adalah tiang-tiang kuil Firaun.
Aku berkeliling untuk melihat kehebatan Masjid yang pertama kali dibangun di Mesir bahkan pertama di Afrika. Sekilas memandang dalam Masjid ini mirip Masjid Al-Azhar, karpet merah yang terbentang di setiap lantai serta tiang-tiang yang menjulang. Dan ciri khas setiap masjid timur tengah tetap ada saja menyisakan courtyard -semacam halaman kosong- di tengah masjid. Masjid Istiqlal pun memiliki courtyard di dalam.

Ditengah-tengah courtyard ada semacam bangunan beratap kubah digunakan untuk berwudhu. Tempat wudhu ditengah courtyard ini tidak ditemui di Masjid Al-Azhar dan Masjid Istiqlal, ini lah yang membedakan.

Masjid ini dibangun oleh Amr Bin Ash pada tahun 21 H/642 M. Masjid ini pertama kali dibangun berukuran seluas 50 X 30 hasta, tanpa menara tanpa halaman di tengah masjid. Saat ini masjid telah mengalami perluasan menjadi 120,5 X 112,5 meter.
Sayangnya, bangunan asli Masjid Amr Bin Ash ini tidak tersisa sedikit pun kecuali namanya saja.

Imam Syafii pendiri Mazhab Syafii -mazhab ini dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia-, beliau pernah mengajarkan fiqih di dalam Masjid ini.

Suasana sepi, ada beberapa orang Mesir, turis asing melihat-lihat Masjid tersebut.
Ehm, kulihat ada wajah Asia sedang berbicara dengan dua orang Mesir berpakaian jubah putih.
“Izzayyak?” –apa kabar- Sapaku kepada dua orang Mesir yang tidak aku kenal.
Sambil cuek tanpa menunggu jawaban dari mereka, aku terus berkeliling Masjid ini, karena aku hanya basa-basi saja. Memandang atap Masjid, mengamati mihrab, mimbar, tiang, lantai, semua apa saja yang bisa kulihat ditempat itu.

Mengelilingi sekitar luar Masjid tersebut.

Bangunan dengan dinding berwarna kuning terbungkus debu. Aku terus melangkahkan kaki ke depan. Aneh, tembok bagian depan tidak disemen, batu bata merah tetap terlihat seperti kebanyakan tembok rumah pedesaan di Indonesia. Aku melihat ke atas depan hanya ada satu kubah dan satu menara di Masjid ini. Baru kali ini aku mengetahui ada Masjid hanya satu menara di Mesir. Tidak seperti Masjid-Masjid kuno Mesir yang memiliki tiang menara lebih dari satu.