Thursday 1 July 2010

KERETA API

Transportasi jarak jauh di Mesir termurah adalah kereta api. Membeli tiketnya mudah tanpa harus mengeluarkan paspor atau kartu pengenal lainnya. Sebenarnya naik bis juga sama tidak perlu menunjukkan paspor. Cara membeli tiket pun mudah, pergi ke loket dan pesan tujuan yang diinginkan. Tiket dari/tujuan tertulis dengan huruf Arab dan Latin.

Ramses, adalah stasiun kereta api utama di Cairo. Stasiun ini menghubungkan jarak jauh Cairo hingga Aswan di Shoid-Misr (Mesir Selatan). Serta menghubungkan Cairo ke Alexandria di Waghul-Bahri (Mesir Utara). Selisih harga tiket kereta api dengan angkutan umum lainnya 2:3, yakni jika harga tiket kereta api dua puluh geneih maka harga angkutan umum tiga puluh geneih.

Stasiun Ramses berada di pusat kota. Stasiun berbentuk kotak memanjang ini menyerupai stasiun Kota di Jakarta. Setiap sudut terdapat polisi berseragam dan polisi berpakaian preman.

Orang-orang berlalu lalang terlihat tergesa-gesa, ada yang duduk santai di bangku, ada yang duduk di emperan lantai, mayoritas penumpang adalah penduduk Mesir. Nampak terlihat beberapa turis asing di ruang tunggu stasiun.

Bagi yang suka keliling Mesir dengan murah cara alternatif adalah dengan menggunakan jasa kereta api.

sebagai seorang yang ingin menjelajahi Mesir dengan biaya murah kumemutuskan untuk naik kereta api ekonomi menuju Suhag.

Kereta api datang perlahan. saat kereta api berhenti, orang mesir segera berebut untuk menaiki kereta, dempet sana, sikat sini, dorong ke depan, dan geser ke belakang. Setiap mata memandang ke depan. Tujuan hanya satu dapat tempat duduk.

Aku tidak bisa seperti mereka, badan orang Mesir terlalu besar untuk ukuran Asia. Kucari cara agar mendapatkan kursi duduk. Ada orang Mesir muda. Kuminta untuk masuk ke dalam gerbong terlebih dahulu menyisakan satu kursi. Setelah menitipkan tasnya kepadaku. Dia langsung masuk ke dalam gerbong kereta api. Dengan semangat menembus kumpulan penumpang dengan satu tujuan sama ingin mendapat tempat duduk. Lama sekali dia di dalam gerbong kereta api. Dia telah menghilang tertelan di dalam gerbong bersama para penumpang.

Kereta api berjalan pelan. Tapi pemuda itu tak kunjung muncul. Hati mulai dag dig dug. Ingin langsung naik ke dalam gerbong.

"Jangan naik kereta api sebelum aku turun." Ucapannya masih terngiang di telinga.

Kereta api melaju semakin kencang.

Ada seseorang menepuk pundakku dari belakang.
"Ayo kita naik." Ujar pemuda Mesir itu disertai napas ngos-ngosan sambil memandang tajam. Tanpa banyak tanya, segera mengambil semua tas yang kubawa langsung meletakkan tas itu di pundaknya.

"Cepat naik!"

Kereta api segera menambah kecepatan. Aku segera meloncat ke dalam gerbong, seseorang di pintu gerbong kereta api memegang punggungku tepat saat aku mendarat di pintu gerbong. Kutarik napas. Teman Mesirku bergelantungan di belakang dengan tetesan keringat di sekujur wajah dan tubuh.

Kenapa naik kereta ekonomi ini?
"Harga tiket lebih murah." Ujar Hazem, pemuda mesir dari suhag.

Pemandangan indah terlihat dari dalam kereta, kanan kiri persawahan, sungai Nil, Serta aroma khas orang pedesaan mesir di dalam kereta ini. Persawahan yang dilalui mengingatkan pada jalur pantura kereta api Jakarta-Surabaya. Terlihat hijau dengan petani yang sedang membajak sawah menggunakan kerbau. Namun yang membedakan sepanjang perjalanan ini sungai Nil selalu menemani penumpang kereta api.

Kereta ekonomi sangat murah. Setiap menit ada saja yang menawarkan makanan. Seperti kacang rebus, minuman, kue, pengemis juga tak ingin kalah bersaing. Pengemis tidak agresif. Seorang pengemis berlalu setelah mendapat senyum manis.

setelah beberapa hari di Suhag aku kembali menuju Cairo. Karena pengalaman sebelumnya aku putuskan membeli tiket eksekutif. Kereta api eksekutif yang pernah kunaiki juga ngeselin. Kereta api eksekutif hanya dikasih waktu berhenti tiga menit untuk menaikkan penumpang ke dalam gerbong. Nomer gerbong ketujuh tertulis di tiket.

Gerbong ketujuh di depan atau di belakang.
"Di belakang." Jawab petugas stasiun meyakinkan.
"Akiid." Benarkah.
"Aiwa." iya.
Aku menenangkan diri duduk di kursi.

Orang nampak ramai naik dari stasiun Suhag ini. Dari kejauhan serangkaian gerbong datang. Lokomotif mendekat. Gerbong delapan, tujuh, enam, lima, hingga gerbong satu. Kulari ke depan mengejar gerbong ketujuh. Belum selesai para penumpang naik ke dalam gerbong, kereta api sudah melaju lagi. Aku dengan cepat menerobos barisan penumpang. tanpa pikir panjang meloncat ke dalam gerbong. Seorang kakek tua melotot memandangku, terus memandang marah. Dia terjedot dinding kereta api. Karena tersenggol tas ransel di pundakku.

Kereta api eksekutif lebih bersih dan teratur. Tidak ada penjual dan pengemis dalam gerbong kereta. Terlihat tentara berseragam hijau dengan senapan laras panjang hitam sedang berjaga di sudut gerbong. serta polisi berseragam preman bersenjata otomatis tersembunyi di balik baju. Mereka berlalu lalang ke depan-belakang gerbong untuk memastikan keamanan di dalam kereta api.

tut ... tut ... tut ... kereta api melaju semakin cepat.

2 comments:

  1. Sepertinya ga di mesir, ga di indonesia, kalau namanya kelas ekonomi ya sama ya, crowded, mungkin bedanya di sana ga ada copet ya? hehe...

    ReplyDelete
  2. copet tetap ada ... tapi g terlalu rame. emang di sini negara miskin, tp hidupnya nerima apa adanya

    ReplyDelete