Monday 12 July 2010

Pantai Mediterania

Pantai adalah perbatasan antara darat dengan laut, atau makna luasnya perbatasan antara daratan dengan air, baik itu air laut atau danau. Tapi makna pantai identik dengan laut. Saya sebelumnya tidak bisa membedakan mana pantai yang indah dengan pantai yang buruk. Orang yang tidak menyukai pantai bagi dia pantai itu sama saja, laut dan pasir. Semakin sering seseorang ke pantai dia akan tahu mana pantai indah dan mana yang tidak. Beberapa pantai yang saya kunjungi membuktikan bahwa setiap pantai memiliki kelebihan serta keunikan masing-masing.

Pantai Cleopatra terletak sejam perjalanan dari pusat kota Matrouh. Di gapura pintu masuk terpajang patung putih separuh badan berbentuk Cleopatra. Aura wajah patung ini berbentuk Eropa, padahal Cleopatra adalah etnik Qibti. Memasuki kompleks pantai melalui jalan setapak yang bersemen. Sebelah kiri adalah kamar mandi Cleopatra, sedangkan sebelah kanan adalah bukit berpasir. Tak ada yang menarik di bukit ini. Banyak sampah dan pecahan kaca dari botol minuman. Hanya beberapa orang saja yang berada di bukit ini. Di antara beberapa orang itu termasuk saya yang penasaran.

Sepanjang jalan setapak ini pasir-pasir pantai berwarna kuning. Di depan terdapat batu karang besar berwarna coklat. Antara saya dengan batu karang itu terbatasi oleh air. Melangkahkan kaki ke dalam air. Terasa sejuk. Air setinggi mata kaki. Semakin ke tengah air meninggi sebatas betis kaki. Batu karang yang saya injak licin akibat lumut. Berkali-kali hampir terjatuh. Jalan setapak demi setapak dengan ombak kecil menerpa kaki. Berhati-hati dan perlahan-lahan.

Ada celah selebar pintu rumah dan tingginya membelah batu karang ini. Seperti suasana goa di dalam karang ini. Sebelah kanan terlihat lobang dengan air menghantam kencang. Sebelah kiri pun sama lobang lebih besar dapat terlihat suasana yang di luar. Mendengakkan kepala ke atas tak ada atap tak ada pembatas. Hanya langit biru yang nampak. Air setinggi mata kaki menggenangi lantai dalam goa ini.

Karang ini adalah kamar mandi Cleopatra.

Saya daki batu karang ini. Tangan kanan memegang celah kecil tangan kiri merangkak ke atas mencari celah lain. Kaki menempah berat badan. Puncak batu karang tergapai. Biru, biru, dan biru. Suasana menjadi biru. Birunya air laut. Birunya langit. Angin berhembus kencang membuat sejuk tubuh ini. Ada rasa puas di atas puncak melihat suasana laut Mediterania. Saya hirup hembusan angin. Saya resapi bisikan ombak. Tak ada tempat seindah ini di dunia.

Ruangan semacam goa di dalam batu karang, dari atas terlihat berbentuk kotak. Nampak sekali jika ruangan dalam batu karang itu tidak terjadi dengan sendiri. Tapi ada orang yang memahatnya agar menjadi ruangan untuk tempat mandi.

Meski karang ini bernama kamar mandi Cleopatra. Di pantai ini dilarang mandi. karena Ombak bergelombang kuat menerpa pantai. Batu karang tajam di mana-mana. Serta pasir tercampur dengan kerikil kecil. Membahayakan bagi orang yang mandi di pantai ini.

Setengah jam perjalanan dari pantai Cleopatra.

Pantai Agibah terletak di antara dua tebing. Tidak menyangka jika lembah yang berada di tengah-tengah kedua tebing ini adalah pantai yang indah. Berpasir putih. Ombak tak besar. Angin bertiup sejuk nan sepoi.

Menuruni tangga demi tangga. Hati tak berhenti berdetak kagum melihat pantai Agibah nan eksotik. Laut berwarna biru, terkadang hijau, terkadang agak kemerahan. Di tepi pantai, bukit terjal berwarna coklat kekuningan membatasi antara laut dengan daratan. Lekungan tebing yang unik dicampur deburan air laut berombak membuat saya seakan berada di dunia lain. Dunia yang belum terlihat dan belum terasakan.

Orang tidak begitu banyak di pantai ini. Beberapa orang terlihat mandi di dalam air laut. Di pantai seluas tiga puluh meter ini dapat meluangkan waktu melihat keindahan matahari terbenam. Konon warna air laut di pantai ini dapat berubah-ubah warnanya.

Maka tak salah jika pantai ini dinamakan pantai Agibah, yang bermakna pantai keajaiban.

Beberapa menit dari pantai Agibah.

Orang setempat menamakan dengan pantai Ubaid, bermakna putih. Tepat sekali pemberian nama ubaid, karena pasir pantai ini benar-benar putih bersih. Warna laut pun biru dengan tiupan angin yang sejuk. Pantai ini termasuk pantai terpanjang dari pantai yang saya kunjungi. Dari ujung pantai hingga ujungnya berisi lautan manusia berjemur di tepi pantai. Anak kecil maupun yang dewasa bermain air. Berendam. Berenang. Ombak yang stabil dan hembusan udara laut menambah cantik pantai Ubaid ini.

Penjual musiman berkeliaran menawarkan barang dagangan. Ada yang menjual kacamata hitam, kembang gula, maupun kue. Saya bertanya harga segelas teh di pantai ini. segelas teh tiga geneih. Enam kali lebih mahal dari harga normal. Di pantai tak bisa dilepaskan dari payung pantai. Satu payung dengan tiga kursi seharga dua puluh geneih. Digunakan sekehendak hati tanpa batas waktu oleh penyewa.

Sejam dari pantai Ubaid.

Sepanjang jalan Corniche di pusat kota Matrouh terdapat berbagai nama pantai. Salah satunya adalah pantai Lido. Masuk pantai ini gratis. Sama dengan pantai-pantai di atas sebelumnya. Air laut berwarna biru bercampur hijau. Udara sejuk membuat jiwa tentram. Ini adalah pantai paling ramai yang saya kunjungi. Karena terletak di pusat kota dan mudah dicapai dengan berjalan kaki. Manusia berdesakan di tepi pantai. Manusia berjubel mandi di laut.

Semua keindahan pantai itu tidak ikut dirasakan oleh Ahmad. Karena dia harus berjuang mendapatkan secuil uang dari hasil jualan topi.

Berapa mengambil keuntungan dari setiap topi yang terjual.
"Tergantung," Menjawab disertai dengan senyuman, dia melanjutkan; "Jika topi terjual sepuluh geneih, aku mendapat satu geneih."

Ahmad berkulit coklat kehitaman. Berambut keriting. Berusia lima belas tahun. Di usia saat ini dia sedang duduk di kelas satu madrasah i'dadiyah (setingkat SMP di Indonesia). Matrouh bukan daerah kelahiran tapi dia datang dari propinsi Suhag, tujuh jam perjalanan dari Cairo.

Jika topi terjual lima belas geneih kamu dapat satu setengah geneih.
"Ya." Jawab Ahmad tersenyum.
Jika topi terjual dua puluh geneih kamu dapat dua geneih.
"Ya." menganggukkan kepala.
Jadi Ahmad mendapat bagi hasil sebesar sepuluh persen dari setiap barang yang terjual. Dia hanya menjualkan barang milik orang lain.

Laut Mediterania begitu indah. Langit biru menaungi musim panas. Angin berhembus sepoi-sepoi. Ombak berderu menggemparkan daratan. Pasir-pasir berbisik manja. Pantai ramai pada siang dan malam hari. Penjual jagung bakar mengipaskan kipas ke arah arang. Penjual syawarma membuat berliur setiap orang yang melihatnya. Anak kecil, remaja, orang dewasa, rombongan keluarga mencari kesejukan pantai. Karena angin pantai yang sejuk adalah anugerah musim panas.

Musim dingin yang akan datang. Pantai-pantai ini menjadi sepi sunyi tak ada kehidupan. Bagai kota tak berpenghuni.

(bersambung)

1 comment: